Saat hujan turun, udara terasa lebih segar. Tapi bagi sebagian orang, justru bersin, hidung gatal, dan pilek muncul sesaat setelah hujan reda. Fenomena ini bukan sekadar “masuk angin”. Ada penjelasan ilmiah di baliknya—mulai dari alergen yang terpecah oleh hujan hingga perubahan kelembapan udara.
Artikel ini merangkum penjelasan dari WHO, CDC, NIMH, dan jurnal alergi internasional.
1. Rain-Induced Allergy: Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Ketika hujan turun, banyak orang mengira gejala ini muncul karena udara dingin. Padahal, mekanismenya lebih kompleks.
a. Hujan memecah alergen menjadi partikel lebih kecil
Studi alergi global menunjukkan bahwa hujan memecah butiran serbuk sari dan partikel biologis lain menjadi fragmen mikroskopik yang lebih mudah terhirup ke saluran napas.
- Serbuk sari
- Spora jamur
- Debu mikro
- Fragmen rumput
Butiran kecil ini dapat mencapai saluran napas bawah dan memicu reaksi alergi pada orang sensitif.
📌 Sumber: Journal of Allergy and Clinical Immunology, ScienceDirect (rain-induced pollen fragmentation)
2. Kelembapan Tinggi Memperbanyak Jamur & Spora
WHO menjelaskan bahwa lingkungan lembap memicu pertumbuhan jamur rumah (indoor molds) yang dapat memicu alergi, batuk, dan hidung berair.
📌 Sumber: WHO – Housing and Health Guidelines
https://www.who.int/publications/i/item/9789241550376
Ketika hujan turun:
- Kelembapan meningkat → jamur lebih aktif
- Spora jamur dilepaskan ke udara
- Mudah terhirup saat kita bernapas di luar ruangan
Inilah alasan mengapa sebagian orang bersin atau pilek justru setelah hujan, bukan sebelum hujan.
3. “Thunderstorm Asthma”: Alergi yang Dipicu Fenomena Cuaca
Fenomena ini pernah diteliti di Australia, Eropa, dan Asia.
Angin kencang dan tekanan udara rendah memecah serbuk sari menjadi partikel kecil. Kombinasi hujan + angin dapat meningkatkan risiko:
- bersin
- hidung mampet
- batuk
- sesak (pada penderita asma atau rhinitis alergi)
CDC menyebut bahwa perubahan cuaca drastis adalah pemicu umum flare alergi dan gejala pernapasan.
📌 Sumber: CDC – Allergens & Weather
https://www.cdc.gov/climate-and-health/effects/allergies.htm
4. Sirkulasi Udara Berubah Saat Hujan
Hujan menurunkan tekanan udara dan membuat partikel beterbangan lebih dekat ke permukaan tanah. Akibatnya:
- lebih banyak alergen yang berada di level pernapasan manusia
- polusi yang terjebak di permukaan ikut memicu iritasi hidung
- udara dingin dapat mempersempit saluran napas pada orang sensitif
Fenomena ini mirip dengan flare alergi pada AC dingin (dibahas di artikel Sindrom Rumah Dingin: Mengapa AC Terlalu Dingin Bisa Bikin Mudah Sakit?).
5. Kenapa Tidak Semua Orang Bereaksi Sama?
Respons alergi sangat dipengaruhi:
- genetik
- riwayat asma atau rhinitis
- paparan lingkungan
- kelembapan rumah
- kualitas sirkulasi udara
NIMH dan WHO mencatat bahwa perubahan cuaca dapat memengaruhi respons imun dan sensitivitas saluran napas, terutama pada orang dengan sistem imun yang sedang turun.
📌 Sumber: NIMH – Environmental factors & immune sensitivity
https://www.nimh.nih.gov/
👉 Kalau kamu ingin tahu cara memperkuat imun, baca artikel 7 Kebiasaan Kecil yang Bisa Meningkatkan Imunitas Harian.
6. Cara Mengurangi Bersin Setelah Hujan
a. Tutup jendela saat hujan & setelah hujan
Menghindari masuknya serbuk sari dan spora jamur yang “pecah” oleh hujan.
b. Gunakan masker saat keluar rumah setelah hujan
Terutama bagi yang punya alergi serbuk sari atau rhinitis alergi.
c. Jaga kebersihan rumah dan ventilasi
WHO merekomendasikan ventilasi cukup untuk mencegah pertumbuhan jamur.
d. Mandi dan ganti baju setelah bepergian
Mencegah alergen menempel lebih lama.
e. Perkuat imunitas melalui pola makan, tidur, dan hidrasi
Baca juga artikel Cara Menjaga Daya Tahan Tubuh Saat Musim Hujan.
f. Konsultasi bila gejala berat
Jika bersin disertai sesak, mengi, atau batuk berkepanjangan, segera konsultasi ke dokter.
Penutup
Bersin setelah hujan bukan sekadar reaksi tubuh yang “manja”—ini adalah cara tubuh merespons perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Dengan memahami mekanismenya, kamu bisa lebih peka terhadap sinyal tubuh dan memilih langkah yang lebih bijak setiap hari.
Karena kesehatan bukan hanya tentang menghindari hujan, tetapi tentang mengenali apa yang tubuh butuhkan agar tetap nyaman dan terlindungi. 🌿
Referensi
- WHO – Housing and Health Guidelines
https://www.who.int/publications/i/item/9789241550376 - CDC – Climate & Health: Allergies
https://www.cdc.gov/climate-and-health/effects/allergies.htm
- Journal of Allergy and Clinical Immunology – Rain-induced pollen rupture
- ScienceDirect – Pollen fragmentation & storm allergy studies
- NIMH – Environmental factors & mood/immune response
| Ditinjau oleh Tim Medis Internal SateraHealth. |
| Disclaimer: artikel ini disusun untuk tujuan edukasi kesehatan masyarakat dan tidak menggantikan diagnosis medis langsung. Jika Anda memiliki kondisi khusus, konsultasikan kebutuhan suplemen dengan dokter atau apoteker. |

Bagian dari program literasi kesehatan SateraHealth.id


