Vaksin adalah salah satu inovasi medis paling berpengaruh dalam sejarah manusia. Tetapi banyak orang masih bertanya-tanya: bagaimana vaksin sebenarnya melatih sistem imun?
Apakah vaksin “memasukkan virus”, “memperkuat imun”, atau bekerja dengan cara lain?
Penjelasan ini merangkum panduan dari WHO, CDC, NIH, serta jurnal imunologi yang dapat ditelusuri.
1. Apa yang Terjadi Saat Virus Masuk ke Tubuh?
Ketika virus masuk ke tubuh, sistem imun bekerja dalam dua tahap:
- Imunitas bawaan → pertahanan cepat, nonspesifik
- Imunitas adaptif → membuat antibodi & memori imun
Masalahnya, tubuh butuh waktu untuk mempelajari cara menghadapi virus baru. Selama proses itu, kita bisa sakit dan mengalami komplikasi.
Di sinilah vaksin berperan.
👉 Untuk memahami dasar pertahanan tubuh, kamu bisa membaca artikel Cara Kerja Sistem Imun Melawan Virus Flu.
2. Bagaimana Vaksin Melatih Sistem Imun?
a. Vaksin memberi “simulasi aman” kepada tubuh
WHO menjelaskan bahwa vaksin berisi versi yang dilemahkan, dimatikan, atau dimodifikasi dari suatu patogen, atau hanya potongan kecilnya (antigen).
📌 Sumber: WHO – How Vaccines Work
https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/vaccines-and-immunization-explainer
Antigen ini tidak membuat penyakit, tetapi cukup untuk mengaktifkan sistem imun.
b. Tubuh menghasilkan antibodi spesifik
CDC menyatakan bahwa begitu vaksin masuk, sel imun mempelajari antigen dan membentuk antibodi yang hanya ditujukan untuk patogen tersebut.
📌 Sumber: CDC – Understanding Vaccines https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/conversations/downloads/vacsafe-understand-color-office.pdf
Ini mirip seperti memberi tubuh “foto tersangka” sebelum kriminalnya datang.
c. Sel T dan Sel B belajar mengenali virus
- Sel B → membuat antibodi
- Sel T helper (CD4+) → koordinasi imun
- Sel T killer (CD8+) → menghancurkan sel terinfeksi
Penelitian Journal of Immunology menunjukkan bahwa vaksin memicu respons imun yang hampir sama dengan infeksi alami—namun tanpa risiko sakit.
📌 Sumber: https://academic.oup.com/jimmunol/article/214/3/347/8037869
d. Tubuh menciptakan “memori imun jangka panjang”
Inilah kunci vaksinasi.
Setelah vaksin, tubuh menyimpan sel memori yang akan:
- bertahan bertahun-tahun (bahkan puluhan tahun, tergantung jenis vaksin)
- bereaksi cepat bila virus asli masuk
- mencegah infeksi berat
NIH menjelaskan bahwa sel memori adalah salah satu alasan vaksin dapat menurunkan risiko kematian dan komplikasi penyakit menular.
📌 Sumber: https://www.niaid.nih.gov/research/immune-memory
3. Jenis-Jenis Vaksin dan Cara Kerjanya
a. Vaksin Inaktif (dimatikan)
Contoh: vaksin flu, hepatitis A
- virus dimatikan
- tidak dapat bereplikasi
- aman untuk banyak kelompok usia
b. Vaksin Live Attenuated (dilemahkan)
Contoh: MMR, varicella
- meniru infeksi alami
- memberikan imunitas jangka panjang
- tidak diberikan untuk individu imunokompromais
c. Vaksin Protein/Subunit
Contoh: HPV, hepatitis B
- hanya bagian tertentu dari virus
- risiko efek samping lebih rendah
d. Vaksin mRNA (teknologi baru)
Contoh: Moderna, Pfizer
- mengajari sel membuat protein antigen sementara
- tidak mengubah DNA
- memicu respons imun kuat
📌 Sumber: CDC mRNA technology
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/different-vaccines/mrna.html
👉 Penjelasan mendalam tentang antibodi juga ada dalam artikel Vitamin C dan Zinc: Mana Lebih Efektif?
4. Mengapa Vaksin Penting untuk Sistem Imun?
a. Mencegah infeksi berat
Memori imun membuat tubuh bertindak cepat sebelum virus berkembang biak.
b. Melindungi kelompok rentan (herd protection)
Lansia, bayi, dan pasien imunokompromais sangat terbantu oleh vaksinasi masyarakat.
c. Mengurangi komplikasi & rawat inap
CDC mencatat vaksin flu mengurangi risiko rawat inap hingga 40% pada musim tertentu.
📌 Sumber: https://www.cdc.gov/flu/vaccines-work/keyfacts.html
👉 Untuk melihat contohnya, baca artikel Panduan Lengkap Vaksinasi Flu untuk Dewasa.
5. Mengapa Beberapa Vaksin Perlu Booster?
- karena memori imun bisa menurun seiring waktu
- virus dapat bermutasi (misalnya influenza)
- booster memperkuat respons imun
WHO merekomendasikan jadwal vaksinasi berdasarkan risiko usia, penyakit, & paparan.
📌 Sumber: https://www.who.int/groups/strategic-advisory-group-of-experts-on-immunization
Penutup
Tubuh kita memiliki kemampuan luar biasa untuk belajar, beradaptasi, dan melindungi diri. Vaksin bukan sekadar suntikan — tetapi cara lembut untuk memberi tubuh kesempatan mengenal musuhnya sebelum benar-benar bertarung.
Ketika kamu memilih vaksinasi, kamu sedang memberi dirimu perlindungan tambahan, sekaligus membantu melindungi orang-orang di sekitarmu. Karena kesehatan bukan hanya tentang bertahan, tetapi tentang memberi tubuh kesempatan terbaik untuk hidup dengan kuat dan penuh makna. 🌿
Referensi
- WHO – Vaccines and Immunization
https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/vaccines-and-immunization-explainer - CDC – Understanding How Vaccines Work
https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/conversations/downloads/vacsafe-understand-color-office.pdf - NIH – Immune Memory
https://www.niaid.nih.gov/research/immune-memory
- CDC – mRNA Vaccine Technology
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/different-vaccines/mrna.html
- Journal of Immunology – Vaccine-induced immune responses
https://academic.oup.com/jimmunol/article/214/3/347/8037869 - CDC – Influenza Vaccine Effectiveness https://www.cdc.gov/flu/vaccines-work/keyfacts.html
| Disclaimer Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi kesehatan masyarakat dan tidak menggantikan diagnosis medis langsung. Jika Anda memiliki kondisi khusus, konsultasikan kebutuhan suplemen dengan dokter atau apoteker. |

Bagian dari program literasi kesehatan SateraHealth.id


