ilustrasi seseorang duduk di dekat jendela saat hujan dengan ekspresi lelah dan murung.

Musim Hujan dan Mood: Mengapa Banyak Orang Jadi Lebih Lelah dan Murung?

Saat hujan turun lebih sering dan langit tampak gelap sepanjang hari, banyak orang merasakan perubahan suasana hati: cepat lelah, kurang bersemangat, sulit fokus, atau merasa murung tanpa alasan yang jelas. Fenomena ini nyata dan dijelaskan oleh banyak penelitian ilmiah.

Menurut WHO, CDC, National Institute of Mental Health (NIMH), dan Kemenkes RI, perubahan cuaca—terutama berkurangnya paparan cahaya—dapat memengaruhi ritme biologis tubuh, hormon, energi, dan keseimbangan emosi. Artikel ini membantu kamu memahami apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh saat musim hujan, serta bagaimana menjaga mood tetap stabil.

 

1. Berkurangnya Sinar Matahari Menurunkan Serotonin

Cahaya matahari adalah sinyal utama bagi otak untuk menjaga energi dan suasana hati.

Penelitian NIMH dan Mayo Clinic menunjukkan bahwa kurangnya cahaya matahari:

  • menurunkan serotonin (hormon mood stabil),
  • meningkatkan melatonin (hormon kantuk),
  • memicu rasa lelah, murung, dan kurang fokus.

Pada sebagian orang, kondisi ini bisa berkembang menjadi Seasonal Affective Disorder (SAD)—bentuk depresi musiman yang memburuk saat musim hujan.

Jika kamu sering merasa letih berkepanjangan setiap musim hujan, artikel Musim Hujan Tiba: Kenapa Tubuh Mudah Drop? mungkin membantu memahami pengaruh cuaca terhadap energi tubuh.

 

2. Jam Biologis Terganggu (Disrupsi Ritme Sirkadian)

Hari yang gelap membuat ritme sirkadian “bingung”.

Studi Nature (2021) menemukan bahwa berkurangnya cahaya dapat mengacaukan jam biologis tubuh sehingga pola tidur terganggu. Saat tidur tidak stabil, mood lebih mudah menurun.

Tidur yang terganggu juga berkaitan erat dengan daya tahan tubuh yang melemah. Jika ingin memahami mekanismenya, kamu bisa membaca Tidur dan Sistem Imun: Mengapa Begadang Mudah Bikin Sakit?

 

3. Suhu Dingin & Lembap Membuat Tubuh Lebih Letih

WHO menjelaskan bahwa udara lembap meningkatkan rasa lelah, memperburuk nyeri otot, dan membuat tubuh terasa lebih berat. CDC menambahkan bahwa menurunnya aktivitas fisik ketika hujan mempercepat terjadinya “fatigue musiman”.

Untuk menjaga mood tetap stabil, kebiasaan kecil seperti bergerak ringan dan hidrasi cukup sangat membantu. Pembahasan lengkapnya ada dalam 7 Kebiasaan Kecil yang Bisa Meningkatkan Imunitas Harian.

 

4. Aktivitas Fisik Berkurang

Saat hujan deras, kita cenderung lebih banyak duduk, rebahan, atau bekerja tanpa bergerak. Padahal penelitian global menunjukkan bahwa olahraga teratur meningkatkan endorfin dan memperbaiki mood harian.

Olahraga ringan 10 menit di rumah pun cukup untuk membantu otak tetap segar.

 

5. Rasa Terisolasi Meningkat

Musim hujan membuat orang lebih banyak berada di rumah. Interaksi sosial berkurang, aktivitas luar ruangan menurun, dan suasana hening dapat memicu rasa murung atau kesepian.

Kemenkes RI mengingatkan bahwa isolasi jangka pendek seperti ini dapat memengaruhi emosi dan motivasi.

Untuk menjaga keseimbangan digital saat banyak waktu di rumah, kamu bisa membaca Mindful Scrolling: Cara Menggunakan Media Sosial Tanpa Bikin Cemas.

 

6. Perubahan Cuaca Mempengaruhi Kesehatan Mental

WHO, CDC, dan beberapa NGO global menemukan bahwa perubahan cuaca ekstrem dapat meningkatkan risiko stres, kecemasan, dan depresi ringan.

Musim hujan membawa kombinasi faktor:

  • cahaya rendah,
  • aktivitas berkurang,
  • isolasi,
  • infeksi musiman,

yang semuanya dapat memengaruhi mood.

 

7. Sensitivitas terhadap Kelembapan & Tekanan Udara

Beberapa orang sensitif terhadap perubahan tekanan udara. Hal ini dapat memicu:

  • sakit kepala,
  • pegal,
  • kualitas tidur menurun.

Saat tubuh terasa tidak nyaman, mood pun ikut terpengaruh.

 

8. Kekurangan Vitamin D

Paparan sinar matahari yang menurun berarti tubuh memproduksi lebih sedikit vitamin D.

Penelitian menunjukkan bahwa vitamin D rendah berkaitan dengan mood yang lebih mudah turun dan energi yang cepat habis.

Untuk memahami sumber terbaik vitamin, kamu bisa membaca Perbedaan Vitamin dari Makanan dan Suplemen: Mana yang Lebih Efektif?

 

Penutup

Perubahan mood di musim hujan bukan berarti kamu tidak kuat—ini adalah cara tubuh merespons lingkungan yang berubah. Saat kamu memahami prosesnya, kamu bisa memberi ruang bagi diri sendiri untuk beradaptasi lebih lembut.

Langit memang tampak lebih gelap di musim hujan, tetapi tubuh kita selalu punya kemampuan untuk menemukan ritmenya kembali. Dengan kebiasaan kecil yang konsisten, energi perlahan pulih dan suasana hati terasa lebih tenang.

Karena merawat diri bukan tentang menunggu cuaca membaik, melainkan tentang bagaimana kita memperlakukan tubuh dengan penuh perhatian setiap hari. 🌿💛

 

Referensi

 

  1. National Institute of Mental Health. (2023). Seasonal Affective Disorder.
  2. Mayo Clinic. (2024). Seasonal Affective Disorder: Symptoms and Causes.
  3. Nature Digital Medicine. (2021). Circadian rhythm disruption and mood changes.
  4. World Health Organization. (2024). Climate & mental health insights.
  5. Centers for Disease Control and Prevention. (2024). Mental health and seasonal changes.
  6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Waspada perubahan cuaca terhadap kesehatan.

 

Disclaimer
Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi kesehatan masyarakat dan tidak menggantikan diagnosis medis langsung. Jika Anda memiliki kondisi khusus, konsultasikan kebutuhan suplemen dengan dokter atau apoteker.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *