Saat membaca label suplemen, kamu mungkin sering menemukan istilah AKG di bagian bawah tabel gizi.
Angka itu bukan sekadar formalitas — melainkan acuan ilmiah resmi dari pemerintah tentang berapa banyak vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh setiap hari.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, AKG (Angka Kecukupan Gizi) menjadi dasar penetapan klaim gizi pada produk pangan dan suplemen, agar konsumen memahami proporsi kebutuhan hariannya. (Permenkes No. 28 Tahun 2019)
Panduan ini merangkum konsep, angka, dan konteks global AKG berdasarkan referensi resmi dari WHO, CDC, dan Kemenkes RI — supaya kamu bisa membaca label gizi dengan lebih cerdas.
Apa Itu AKG dan Mengapa Penting
AKG adalah rata-rata kebutuhan zat gizi per hari untuk hampir seluruh individu sehat pada kelompok umur dan jenis kelamin tertentu.
Menurut Kemenkes, nilai ini ditetapkan agar masyarakat dapat menilai apakah asupan hariannya sudah mencukupi kebutuhan tubuh — baik dari makanan alami maupun dari suplemen.
“AKG digunakan dalam perencanaan konsumsi, fortifikasi pangan, serta sebagai dasar perhitungan nilai gizi pada label pangan olahan.”
— Permenkes No. 28 Tahun 2019
Kemenkes RI pertama kali memperkenalkan AKG nasional pada Permenkes No. 75 Tahun 2013, dan memperbaruinya pada Permenkes No. 28 Tahun 2019 agar sesuai dengan data konsumsi gizi terbaru masyarakat Indonesia.
Menurut WHO, setiap negara memang perlu menyesuaikan angka gizi dengan konteks lokal — pola makan, cuaca, dan kebutuhan metabolik masyarakatnya.
Dasar Regulasi dan Perbandingan Global
Regulasi AKG di Indonesia juga mengacu pada standar internasional seperti Recommended Nutrient Intake (RNI) dari WHO/FAO dan Daily Values (DV) dari CDC dan US FDA.
CDC menegaskan bahwa kecukupan vitamin dan mineral adalah fondasi kesehatan masyarakat — mulai dari fungsi imun, metabolisme, hingga pertumbuhan sel.
Perbedaan utama:
- WHO & FAO menilai kebutuhan berdasarkan populasi global.
- Kemenkes RI menyesuaikan dengan faktor geografis, kebiasaan makan, dan risiko defisiensi spesifik Indonesia.
Untuk memahami konteks penerapan pada label suplemen dan pangan olahan, kamu bisa membaca artikel Cara Membaca Label BPOM di Produk Kesehatan
Contoh AKG Vitamin dan Mineral untuk Dewasa
| Zat Gizi | AKG Harian (Dewasa) | Batas Aman Maksimum* |
| Vitamin C | 75–90 mg | 2 000 mg |
| Vitamin D | 15 µg | 100 µg |
| Zat Besi (Fe) | 18 mg | 45 mg |
| Seng (Zn) | 11 mg | 40 mg |
| Kalsium (Ca) | 1 000 mg | 2 500 mg |
*Berdasarkan Permenkes No. 28 Tahun 2019 dan EFSA Scientific Opinion 2022.
Jika kamu ingin tahu bagaimana vitamin C dan zink bekerja sama memperkuat daya tahan tubuh, simak artikel Zinc vs Vitamin C: Mana yang Lebih Efektif untuk Daya Tahan Tubuh?
Batas Aman dan Risiko Konsumsi Berlebihan
Meskipun tubuh membutuhkan vitamin dan mineral setiap hari, lebih banyak tidak selalu lebih baik.
WHO dan EFSA mengingatkan bahwa konsumsi di atas batas aman (UL — Upper Limit) dapat menyebabkan efek toksik, terutama pada vitamin larut lemak seperti A dan D. (EFSA Journal, 2022)
Kelebihan suplemen juga dapat menyebabkan interaksi silang antar-mineral, misalnya zink dosis tinggi dapat menurunkan kadar tembaga.
Itulah sebabnya AKG penting — bukan hanya untuk memastikan kecukupan, tapi juga untuk mencegah overdosis nutrisi yang sering tidak disadari.
Cara Memenuhi AKG Secara Seimbang
Menurut Kemenkes RI (2024), pemenuhan gizi sebaiknya mengutamakan makanan alami dibanding suplemen. Makanan yang beragam akan memberikan kombinasi mikronutrien, serat, dan antioksidan yang tidak bisa disubstitusi oleh pil tunggal.
Tips sederhana:
- Gunakan konsep Isi Piringku: ½ piring sayur + ¼ protein + ¼ karbohidrat + buah berwarna.
- Cek tabel gizi pada kemasan dan bandingkan dengan % AKG.
- Gunakan suplemen hanya bila disarankan dokter atau bila pola makan tidak mencukupi.
Untuk memahami perbedaan penyerapan nutrisi antara makanan dan suplemen, baca juga Perbedaan Vitamin dari Makanan dan Suplemen: Mana yang Lebih Efektif?
Kesimpulan
AKG bukan sekadar angka di tabel gizi — ia adalah bentuk perlindungan konsumen. Dengan memahami AKG, kamu bisa menilai klaim produk dengan lebih kritis dan menjaga keseimbangan antara makanan, gaya hidup, dan suplemen.
Karena kesehatan yang bijak bukan tentang seberapa banyak yang dikonsumsi, tapi seberapa tepat kebutuhan tubuh dipenuhi setiap hari.
Referensi
- Kementerian Kesehatan RI. Permenkes No. 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia.
- Kementerian Kesehatan RI. Permenkes No. 75 Tahun 2013 tentang AKG Bangsa Indonesia.
- World Health Organization. Establishing Global Nutrient Requirements. WHO, 2024.
- Centers for Disease Control and Prevention. Micronutrient Facts. CDC, 2024.
- European Food Safety Authority (EFSA). Scientific Opinion on Dietary Reference Values for Vitamin C and Zinc. EFSA Journal, 2022.
| Disclaimer Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi kesehatan masyarakat dan tidak menggantikan diagnosis medis langsung. Jika Anda memiliki kondisi khusus, konsultasikan kebutuhan suplemen dengan dokter atau apoteker. |

Bagian dari program literasi kesehatan SateraHealth.id


