anak memegang buah dan sayur sebagai sumber vitamin alami untuk pertumbuhan sehat

Vitamin Anak: Mana yang Benar-Benar Diperlukan dan Mana yang Hanya Tren?

Banyak orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya — termasuk dalam hal vitamin.

Di rak apotek, ratusan produk “vitamin anak” berjejer dengan klaim menarik: meningkatkan nafsu makan, mempercepat pertumbuhan, hingga menjaga daya tahan tubuh.

Namun, pertanyaannya sederhana: apakah semua vitamin itu benar-benar diperlukan? Ataukah sebagian hanya mengikuti tren pasar yang tidak sejalan dengan kebutuhan gizi anak?

Artikel ini akan membantu Anda memahami kapan vitamin anak diperlukan, kapan tidak, dan bagaimana memilih suplemen yang aman dan rasional — berdasarkan rekomendasi resmi Kemenkes, WHO, IDAI, BPOM, dan CDC.

 

Anak Tidak Selalu Membutuhkan Suplemen

Menurut Kemenkes RI dalam Pedoman Gizi Seimbang (2024), semua kebutuhan vitamin anak idealnya dipenuhi melalui makanan bergizi seimbang: karbohidrat, protein, lemak, sayur, dan buah.

Jika pola makan beragam, tubuh anak sudah mampu memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) tanpa tambahan suplemen rutin.

Suplemen hanya diberikan bila ada indikasi medis atau kekurangan zat gizi spesifik.
— Kemenkes RI, 2024

👉 Untuk panduan angka kecukupan gizi tiap usia, baca juga artikel Panduan AKG Vitamin dan Mineral Menurut Kemenkes RI

 

Kebutuhan Vitamin Anak Menurut AKG Nasional

Berdasarkan Permenkes No. 28 Tahun 2019, kisaran kebutuhan vitamin harian anak:

Vitamin1–3 th4–6 th7–9 thSumber Alami
A400 µg RE450 µg RE500 µg REWortel, hati, telur
C40 mg45 mg50 mgJeruk, jambu biji
D15 µg (600 IU)15 µg15 µgSinar matahari, ikan
E6 mg7 mg8 mgKacang, alpukat
B kompleksSesuai usiaSesuai usiaSesuai usiaDaging, susu, sereal

(Sumber: Kemenkes RI 2024)

WHO menegaskan bahwa anak sehat dengan asupan gizi cukup tidak perlu suplementasi rutin multivitamin.

“Routine multivitamin supplementation is not recommended for healthy children with adequate diet.”
WHO Micronutrient Guidelines, 2023

Baca juga: Perbedaan Vitamin dari Makanan dan Suplemen: Mana yang Lebih Efektif? — untuk memahami mengapa sumber alami lebih optimal bagi tubuh anak.

 

Kapan Vitamin Anak Benar-Benar Diperlukan

Berdasarkan IDAI (2023) dan WHO (2023), suplemen dibutuhkan bila:

  • Anak mengalami defisiensi gizi (vitamin D, A, atau zat besi).
  • Tinggal di daerah dengan prevalensi defisiensi mikronutrien tinggi.
  • Sulit makan atau memiliki gangguan penyerapan.
  • Dalam masa pemulihan infeksi berat.

 

Suplementasi Vitamin A: Bukti yang Sangat Kuat

WHO dan IDAI merekomendasikan pemberian vitamin A dosis tinggi untuk anak di negara dengan masalah defisiensi, termasuk Indonesia:

  • 100.000 IU untuk bayi usia 6–11 bulan
  • 200.000 IU untuk balita usia 12–59 bulan

Program ini menjadi standar nasional Kemenkes RI dan didukung UNICEF untuk menurunkan risiko kebutaan serta angka kematian anak. (Sumber: WHO Micronutrient Guidelines 2023; IDAI 2023)

 

Vitamin D: Hanya untuk Anak dengan Risiko

CDC menegaskan bahwa suplementasi vitamin D hanya diberikan pada:

  • Anak dengan paparan sinar matahari minimal
  • Bayi yang mendapat ASI eksklusif tanpa fortifikasi
  • Anak di negara lintang tinggi

Routine vitamin D supplementation is recommended only for infants and children at risk of deficiency.
CDC, Vitamin D for Infants & Toddlers, 2024

 

Zat Besi, B12, dan Fluoride: Kasus Khusus

Menurut Children’s Hospital of Richmond (2024), suplementasi zat besi, vitamin B12, atau fluoride hanya diberikan pada anak dengan risiko khusus:

  • Diet vegan atau vegetarian ketat
  • Prematuritas atau berat lahir rendah
  • Gangguan pencernaan kronis
  • Air minum tanpa fluoride
Waspadai Tren Vitamin Komersial

BPOM RI menegaskan bahwa setiap klaim manfaat harus dibuktikan secara ilmiah dan tercantum pada izin edar.
Hindari produk dengan:

  • Klaim berlebihan (“tinggi dalam seminggu”, “imun 10×”)
  • Dosis jauh di atas AKG
  • Kandungan gula tinggi pada gummy

Periksa nomor izin edar di https://cekbpom.pom.go.id.

Alami tidak selalu berarti aman. Produk untuk anak wajib lolos uji keamanan dan mutu.
BPOM RI, 2024

Untuk mengetahui cara membaca izin edar produk dengan benar, baca panduan Cara Membaca Label BPOM di Produk Herbal

 

Cara Memilih Vitamin Anak yang Aman

Berdasarkan Kemenkes RI dan CDC:

  1. Cek izin BPOM dan label dosis sesuai usia.
  2. Hindari dosis berlebih dari AKG.
  3. Utamakan makanan bergizi seimbang.
  4. Konsultasikan pada dokter anak bila anak sedang sakit atau alergi.

 

Ringkasan: Vitamin Anak — Diperlukan vs Tren
KondisiPerlu Suplemen?Rekomendasi
Anak sehat, makan bergizi❌ Tidak perluCukup penuhi AKG
Anak kurang gizi / sulit makan✅ Ya, sesuai anjuran dokterDosis sesuai AKG
Anak berisiko defisiensi D, A, Fe✅ YaProgram Kemenkes/WHO
Produk tanpa izin BPOM / klaim instan❌ HindariTidak aman

 

Kesimpulan

Vitamin anak memang penting, tapi tidak semua harus diminum setiap hari.

Anak sehat dengan pola makan seimbang sudah mendapat vitamin yang cukup dari bahan alami. Suplemen hanyalah alat bantu dalam kondisi khusus — bukan gaya hidup harian.

Karena sehat bukan soal berapa banyak vitamin yang diberikan, tapi seberapa bijak orang tua memahaminya.

 

Referensi
  1. Kemenkes RI.Isi Piringku Kebutuhan Gizi Harian Seimbang. 2024.
  2. Permenkes No. 28 Tahun 2019. Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia.
  3. BPOM RI. Pengawasan Izin Edar Suplemen Kesehatan. 2024.
  4. WHO. Micronutrient intake in children with severe acute malnutrition. 2023.
  5. IDAI. Suplementasi Vitamin dan Mineral pada Bayi dan Anak. 2023.
  6. CDC. Vitamin D for Infant and Toddler Nutrition. 2024.
  7. Children’s Hospital of Richmond. Kids and Vitamins – Feeding & Nutrition. 2024.

 

Disclaimer
Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi kesehatan masyarakat dan tidak menggantikan diagnosis medis langsung. Jika Anda memiliki kondisi khusus, konsultasikan kebutuhan suplemen dengan dokter atau apoteker.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *